Keutamaan menuntut ilmu agama
Menuntut ilmu agama merupakan bagian dari ibadah, dimana
setiap muslim diperintahkan untuk mempelajarinya, masing-masing sesuai
kemampuan yang Allah berikan padanya.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
طَلَبُ
الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ على كل مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.”
(Hadits sahih, diriwayatkan dari beberapa sahabat
diantaranya: Anas bin Malik, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ali bin Abi Thalib,
dan Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu Anhum. Lihat: Sahih al-jami: 3913)
Disamping hukum wajibnya menuntut ilmu syar’i, Allah Ta’ala
dan Rasul-Nya banyak sekali menyebutkan tentang keutamaan menuntut ilmu, yang
seharusnya sebagai seorang muslim, menjadikan dalil-dalil tersebut sebagai
penyemangat lalu berusaha mengisi waktu-waktunya dengan mempelajari
kitabullah dan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Sebab hal
itu akan menjadi pedoman hidup seorang hamba yang mengharapkan hidayah dan
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
إني قد تركت فيكم
شيئين لن تضلوا بعدهما
كتاب الله وسنتي
“Sesungguhnya aku telah tinggalkan untuk kalian dua pedoman
yang kalian tidak akan tersesat setelahnya: kitabullah dan sunnahku”
(HR.Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (1/172), dari Abu Hurairah
Radhiallahu Anhu. Disahihkan Al-Albani dalam Shaih Al-jami’: 2937)
Berikut ini kami menyebutkan beberapa keutamaan ilmu yang
disebutkan didalam Al-qur’an dan As-Sunnah :
. 1). Ilmu adalah cahaya
Allah Ta’ala berfirman:
قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ
وَكِتَابٌ مُبِينٌ يَهْدِي بِهِ اللَّهُ
مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ
مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ
وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan
Kitab yang menerangkan . Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang
mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan Allah mengeluarkan
mereka dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya,
dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.”
(QS.Al-Maidah:5-6)
(QS.Al-Maidah:5-6)
Kedua ayat ini menunjukkan tentang keutamaan ilmu, yang
disifatkan sebagai cahaya yang membimbing siapa saja yang mengikuti
keridhaan-Nya menuju jalan-jalan keselamatan, berupa jalan yang menyelamatkan seorang
hamba dari penyimpangan dan kesesatan, dan mengantarkan seorang hamba menuju
keselamatan dunia dan akhirat, mengeluarkan mereka dari kegelapan, kegelapan
syirik, bid’ah, kemaksiatan dan kejahilan, menuju kepada cahaya tauhid, ilmu,
hidayah, ketaatan dan seluruh kebaikan.
Oleh karenanya, jika seseorang lebih condong mengikuti
hawa nafsunya, gemar melakukan kemaksiatan, yang menyebabkan hatinya menjadi
gelap, maka ilmu akan sulit menempati hati yang gelap tersebut, sulit menghafal
ayat- ayat Allah dan men-tadabburi-nya, sulit menghafal hadits-hadits
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, memahami dan mengaplikasikan dalam
kehidupannya, sebab tidak akan mungkin berkumpul dalam satu hati antara
kegelapan maksiat dengan cahaya ilmu. Diantara bait-bait syair yang masyhur
dari Imam Syafi’i tatkala Beliau mengadukan tentang buruknya hafalan Beliau
kepada Imam Waki’ bin Jarrah, Beliau mengatakan:
شَكَوْتُ
إِلَى وَكِيْعٍ سُوْءَ حِفْظِيْ
فَأَرْشَدَنِي إِلَى تَرْكِ المَعَاصِي
وَأَخْبَرَنِي
بِأَنَّ العِلْمَ نُوْرٌ
وَنُوْرُ اللهِ لَا يُؤْتَى
لِعَاصِي
Aku mengadukan kepada Waki’ keburukan hafalanku
Lalu Beliau membimbing aku untuk meninggalkan maksiat
Beliau mengabarkan kepadaku bahwa ilmu itu adalah cahaya
Dan cahaya Allah tidak diberikan kepada pelaku maksiat
.2). Ilmu merupakan tanda kebaikan seorang hamba
Ketika seorang hamba diberi kemudahan untuk memahami dan
mempelajari ilmu syar’i, itu menunjukkan bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi
hamba tersebut, dan membimbingnya menuju kepada hal-hal yang diridhai-Nya.
Kehidupannya menjadi berarti, masa depannya cemerlang, dan
kenikmatan yang tak pernah dirasakan di dunia pun akan diraihnya. Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
من يُرِدْ الله بِهِ
خَيْرًا يُفَقِّهْهُ في الدِّينِ
“Siapa yang Allah kehendaki kebaikan kepada seorang hamba
maka Ia akan difahamkan tentang agamnya.”
(Muttafaq Alaihi dari Muawiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu
anhuma)
Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ عز وجل
خَلَقَ خَلْقَهُ في ظُلْمَةٍ فَأَلْقَى
عليهم من نُورِهِ فَمَنْ
أَصَابَهُ من ذلك النُّورِ
اهْتَدَى وَمَنْ أَخْطَأَهُ ضَلَّ
“Sesungguhnya Allah Azza Wajalla menciptaan makhluk-Nya
dalam kegelapan, Lalu Allah memberikan kepada mereka dari cahaya-Nya, maka
siapa yang mendapatkan cahaya tersebut, maka dia mendapatkan hidayah, dan siapa
yang tidak mendapatkannya maka dia tersesat.”
(HR. Ahmad (2/176), Tirmidzi,no:2642, Ibnu Hibban
(6169),Al-Hakim dalam mustadrak (1/84), dari hadits Abdullah bin Amr bin Ash.
Disahihkan Al-Albani dalam Ash-Shahihah (3/1076)
Bagi seorang muslim yang yakin dengan nasehat-nasehat
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, tentu saja sangat berkeinginan untuk
andil dalam mendapatkan kebaikan yang dijanjikan Allah Ta’ala bagi para
penuntut ilmu syar’i tersebut.
Berkata Al-Hafizh Ibnu Hajar tatkala menjelaskan hadits
Muawiyah yang telah disebutkan diatas:
لأن من لم يعرف
أمور دينه لا يكون
فقيها ولا طالب فقه
فيصح أن يوصف بأنه
ما أريد به الخير
وفي ذلك بيان ظاهر
لفضل العلماء على سائر
الناس ولفضل التفقه في
الدين على سائر العلوم
“Sebab orang yang tidak memahami perkara agamanya, dia
bukanlah seorang yang faqih dan bukan pula seorang yang menuntut ilmu, sehingga
tepat jika ia disifati sebagai orang yang tidak dikehendaki kebaikan untuknya.
Ini merupakan penjelasan yang terang yang menunjukkan keutamaan para ulama
dibanding seluruh manusia, dan menunjukkan keutamaan mendalami agama dibanding
ilmu- ilmu lainnya.”
(Fathul bari,Ibnu Hajar Al-Asqalani: 1/165)
Saudaraku muslim! Jadilah orang- orang terbaik yang
dimuliakan Allah Azza Wajalla, dengan berusaha mempelajari agama Allah dan
mengajarkannya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
خَيْرُكُمْ
من تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik- baik kalian adalah yang mempelajari al-qur’an dan
mengajarkannya.”
(HR.Bukhari (4739), dari Utsman Bin Affan Radhiallahu Anhu)
.3). Ilmu agama menyelamatkan dari laknat Allah Azza Wajalla
Disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari
sahabat Abu Hurairah Radhiallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam bersabda:
إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ ما فيها إلا
ذِكْرُ اللَّهِ وما وَالَاهُ
وَعَالِمٌ أو مُتَعَلِّمٌ
“Sesungguhnya dunia itu terlaknat, terlaknat segala isinya,
kecuali zikir kepada Allah dan amalan- amalan ketaatan, demikian pula seorang
yang alim atau yang belajar.”
(HR.Tirmidzi (2322), Ibnu Majah (4112), dihasankan Al-Albani
dalam sahih al-jami’,no:1609)
Berkata Al-Munawi dalam menjelaskan hadits ini: “dunia
terlaknat, disebabkan karena ia memperdaya jiwa-jiwa manusia dengan keindahan
dan kenikmatannya, yang memalingkannya dari beribadah kepada Allah lalu
mengikuti hawa nafsunya.”
(Tuhfatul ahwadzi:6/504)
فكل عمل يعمله العبد
ولا يكون طاعة لله
وعبادة وعملا صالحا فهو
باطل فإن الدنيا ملعونة
ملعون ما فيها إلا
ما كان لله وإن
نال بذلك العمل رئاسة
ومالا فغاية المترئس أن
يكون كفرعون وغاية المتمول
أن يكون كقارون
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah: “Setiap
amalan yang dilakukan seorang hamba yang tidak berbentuk ketaatan, ibadah dan
amalan saleh maka amalan tersebut merupakan amalan yang batil, sebab dunia ini
terlaknat dan terlaknat segala isinya kecuali sesuatu yang dilakukan karena
Allah, meskipun amalan batil itu menyebabkan seorang meraih kepemimpinan dan
harta, maka seorang pemimpin bisa menjadi Firaun, dan seorang yang gila harta
bisa menjadi Qarun.” (Majmu’ fatawa:8/76)
Maka dengan menuntut ilmu dan mengajarkannya, akan
menjadikan seorang hamba yang masuk kedalam kelompok yang akan meraih
ridha-Nya, dan selamat dari kemurkaan dan siksa-Nya.
.4). Menuntut Ilmu, jalan menuju surga
Disebutkan dalam sahih Muslim, dari hadits Abu Hurairah
Radhiallahu anha, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
وَمَنْ
سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فيه عِلْمًا سَهَّلَ
الله له بِهِ طَرِيقًا
إلى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu,
maka Allah menudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.Muslim:2699)
Hadits ini menerangkan bahwa seorang yang keluar untuk
menuntut ilmu, akan menjadi sebab masuknya seorang hamba ke dalam surga.
Mengapa demikian? Ya, tatkala seorang muslim mempelajari agamanya dengan penuh
keikhlasan, maka dia akan dimudahkan untuk memahami mana yang baik dan mana
yang buruk, antara yang halal dan yang haram, yang haq dan yang batil, lalu dia
berusaha mengamalkan apa yang telah ia ketahui dari ilmu tersebut, sehingga ia
menggabungkan antara ilmu dan amal dengan keikhlasan dan mengikuti bimbingan
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam , maka dia menjadi seorang hamba yang
diridhai-Nya, dan tiada balasan dari Allah Ta’ala bagi hamba yang diridhai-Nya
melainkan surga.
Banyak kaum muslimin yang beranggapan bahwa menuntut ilmu
agama itu hanya tugas para santri yang duduk di pondok-pondok pesantren. Tentu
ini merupakan persepsi yang salah, sebab setiap muslim telah diwajibkan untuk
mempelajarinya, sebagaimana yang telah kita sebutkan dari hadits Nabi
Shallallahu Alaihi Wasallam.
Hadits ini menjelaskan bahwa balasan yang Allah berikan
kepada hambanya setimpal dengan usaha yang telah dia lakukan, sebagaimana dia
menempuh jalan untuk mencari kehidupan hatinya dan keselamatan dirinya dari
kebinasaan, maka Allah menjadikannya menempuh jalan yang ingin diraihnya
tersebut.
(lihat: Miftahu Daris sa’aadah,Ibnul Qayyim: 71)
.5). Ilmu lebih utama dari ibadah
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
فضل العلم أحب إلي
من فضل العبادة و
خير دينكم الورع
“Keutamaan ilmu lebih aku sukai dari keutamaan ibadah, dan
sebaik-baik agama kalian adalah bersikap wara’[1].”
(HR.Al-Hakim, Al-Bazzar, At-Thayalisi, dari Hudzaifah bin
Yaman Radhiallahu Anhu. Disahihkan Al-Albani dalam sahih al-jami’:4214)
Dalam riwayat lain, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
bersabda:
وَإِنَّ
فَضْلَ الْعَالِمِ على الْعَابِدِ كَفَضْلِ
الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ على سَائِرِ الْكَوَاكِبِ
“Sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu dibanding ahli
ibadah, seperti keutamaan bulan dimalam purnama dibanding seluruh bintang-
bintang.”
(HR.Abu Dawud (3641), Ibnu Majah (223), dari hadits Abu
Darda’ Radhiallahu Anhu)
Yang dimaksud hadits ini bahwa memiliki ilmu dengan cara
menuntutnya, atau mengajarkannya, merupakan amalan ibadah yang lebih utama
dibanding amalan ibadah lainnya, seperti shalat sunnah, berpuasa sunnah, dan
yang lainnya. Bukan yang dimaksud hadits ini bahwa ilmu bukan bagian dari
ibadah, namun maksudnya bahwa ilmu merupakan bagian ibadah yang paling mulia,
bahkan bagian dari jihad fi sabilillah. Berkata Sufyan Ats-Tsauri Rahimahullah:
“Aku tidak mengetahui ada satu ibadah yang lebih utama dari
engkau mengajarkan ilmu kepada manusia.” (Jami’ bayanil ilmi, Ibnu Abdil Bar:
227)
Beliau juga berkata:
“Tiada satu amalan yang lebih utama dari menuntut ilmu jika
niatnya benar.”
(Jami’u bayanil ilmi:119)
Berkata Abu Darda’ Rahimahullah:
“Barangsiapa yang menyangka bahwa berangkat menuntut ilmu
bukan amalan jihad, maka sungguh ia telah kurang pandangan dan akalnya.”
(Miftahu daris sa’adah:1/122)
Masih banyak lagi keutamaan ilmu yang dijelaskan di dalam
Al-qur’an dan Sunnah, namun semoga yang sedikit ini menjadi pemicu semangat
kita untuk berusaha menggali warisan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
yang penuh berkah ini.
Comments
Post a Comment